Artificial Intelligence dalam bahasa Indonesia berarti Kecerdasan
Buatan yang bermaksud kecerdasan komputer, robot dengan bantuan banyak chip
controller dan digabungkan dengan instruksi dalam bentuk symbol dapat menyimpan
berbagai perilaku dan bertingkah layaknya seorang manusia. Benar kah demikian? Ya,
Sebagai contoh kecil saja robot Atom dan robot-robot petinju lainnya dalam film
Real Steel ini, mereka telah ditanamkan chip untuk melakukan olahraga tinju,
yang dikendalikan oleh manusia dengan remote control. Khusus robot Atom ini sudah
ditanamkan chip dengan keunggulanya membaca sensor bayangan yang berada
didepannya dan dapat mengikuti gerakan tersebut sehingga robot atom ini lebih
baik dari robot – robot yang dikendalikan dengan remote control oleh
promotornya. Keahlian dari robot – robot yang ada didalam film real steel ini
tergantung dari konsep dan chip yang ditanam bersamanya.
Real
Steel ceritanya tentang bumi di Amerika tahun 2020 di mana manusia bertinju sudah
tidak ada yang ada hanyalah robot yang bertinju. Karena manusia ingin pertarungan
yang lebih lama, pertarungan yang lebih besar dan tentunya pertarungan yang
lebih seru, maka terciptalah robot-robot petinju (robot boxer).
Charlie Kenton (Hugh Jackman) adalah
petinju yang harus rela pekerjannya diambil alih oleh robot-robot tersebut.Dia kemudian
beralih profesi menjadi promotor robot petinju.Di
sini istilah promotor berbeda dengan istilah promotor tinju manusia, jika di
promotor tinju manusia adalah orang yang menggelar pertandingan tinju atau kayak
event organizer sebuah pertandingan tinju namun di Real Steel promotor robot
tinju adalah orang yang mengendalikan robot-robot tersebut dengan menggunakan remote
control.
Charlie juga mendapati bahwa dia mempunyais eoranganak berusia 11 tahun bernama Max Kenton (Dakota Goyo) yang juga menggemari pertarungan robot. Awalnya mereka berdua tidak akur bahkan di sebuah pertandingan robot tinju, robot Noisy Boy yang dulunya adalah robot hebat milik Charlie akhirnya harus kalah karena pertengkaran ayah-anak tersebut.
Sampai kemudian, Max menemukan robot bekas bernama Atom dan mulai menjalani pertarungan demi pertarungan sampai akhirnya Charlie, Max dan Atom berkesempatan menantang juara dunia World Robot Boxing League (Liga Tinju Robot Dunia) : Zeus (Terdengar seperti Rocky yang menantang Apollo Creed bukan ?) Mampukah mereka mengalahkan Zeus dan menjadi juara dunia ?
Film ini termasuk berkategori film action dan sci-fi yang biasanya beralur cepat namun dalam film ini alurnya lambat di awal.Pada awal-awal film ini hanyalah seperti film drama karena konflik ayah-anak Charlie dan Max, sebuah cerita yang biasa di film drama.Tapi, sang sutradara Shawn Levy pintar sekali memainkan alur dan mengikuti kontek salur klimaks sebuah cerita.
Teknik kamera yang digunakan director of cinematography-nya, Mauro Fiore.juga luar biasa. Penonton seperti ikut terkena pukulan robot-robot. Belum lagi pada saat menyorot Charlie dan Max untuk pertama kalinya bertemu bagaimana sudut pandang kamera diarahkan kedua orang tersebut masing-masing secara sinematik. Bukan teknik slow motion ala Matrix atau adegan pertarungan kung fu seperti yang terlihat di Hulk namun justru teknik-teknik sinematik klasik terbaik yang disajikan.
Pada akhirnya film ini sangat direkomendasikan untuk kalian yang ingin mendapatkan
Charlie juga mendapati bahwa dia mempunyais eoranganak berusia 11 tahun bernama Max Kenton (Dakota Goyo) yang juga menggemari pertarungan robot. Awalnya mereka berdua tidak akur bahkan di sebuah pertandingan robot tinju, robot Noisy Boy yang dulunya adalah robot hebat milik Charlie akhirnya harus kalah karena pertengkaran ayah-anak tersebut.
Sampai kemudian, Max menemukan robot bekas bernama Atom dan mulai menjalani pertarungan demi pertarungan sampai akhirnya Charlie, Max dan Atom berkesempatan menantang juara dunia World Robot Boxing League (Liga Tinju Robot Dunia) : Zeus (Terdengar seperti Rocky yang menantang Apollo Creed bukan ?) Mampukah mereka mengalahkan Zeus dan menjadi juara dunia ?
Film ini termasuk berkategori film action dan sci-fi yang biasanya beralur cepat namun dalam film ini alurnya lambat di awal.Pada awal-awal film ini hanyalah seperti film drama karena konflik ayah-anak Charlie dan Max, sebuah cerita yang biasa di film drama.Tapi, sang sutradara Shawn Levy pintar sekali memainkan alur dan mengikuti kontek salur klimaks sebuah cerita.
Teknik kamera yang digunakan director of cinematography-nya, Mauro Fiore.juga luar biasa. Penonton seperti ikut terkena pukulan robot-robot. Belum lagi pada saat menyorot Charlie dan Max untuk pertama kalinya bertemu bagaimana sudut pandang kamera diarahkan kedua orang tersebut masing-masing secara sinematik. Bukan teknik slow motion ala Matrix atau adegan pertarungan kung fu seperti yang terlihat di Hulk namun justru teknik-teknik sinematik klasik terbaik yang disajikan.
Pada akhirnya film ini sangat direkomendasikan untuk kalian yang ingin mendapatkan
kembali semangat di dalam kehidupan.
0 komentar:
Posting Komentar